Jakarta - Kamis (19/5/2011) siang itu, Sonhadji asyik mengobrol di Dunkin Donuts, Tebet, Jakarta Selatan. Awalnya Komisaris PT Kanahaya Mandiri Utama itu mengobrol dengan seorang pria. Pria itu berperawakan kecil dan berpakaian rapi.
"Mereka ngobrol di sini pas jam makan siang. Pria yang berkemeja hijau kotak-kotak (Sonhadji) yang membelikan donat dan kopi," ujar salah seorang karyawan Dunkin Donut Tebet saat ditemui detikcom.
Pelayan Dunkin Donuts yang enggan namanya disebut itu kemudian menambahkan, ketika ketiganya sedang mengobrol, datang seorang pria yang menyapa Sonhadji. Orang yang baru datang itu belakangan diketahui bernama Johan, kenalan pengusaha berusia 56 tahun itu.
"Pria yang baru datang itu melambaikan tangan ke orang yang berambut putih itu. Kemudian mereka bersalaman. Setelah itu keduanya pindah ke meja yang lain. Setelah itu saya tidak perhatikan lagi. Karena harus melayani pembeli yang lain," ujarnya.
Keterangan tersebut tentu berbeda dengan informasi sebelumnya. Sebab saat laporan awal ke Polsek Jagakarsa, Sonhadji dinyatakan hilang setelah ditepuk bahunya oleh seseorang. Kondisi Sonhadji saat itu dikatakan seperti orang linglung.
"Soal tepuk bahu itu karena kami mendengar versi Erwin kepada ibu saya, Jumat pagi (20/05/2011). keterangan itulah yang menjadi laporan kami ke polisi saat itu," jelas Vitria Indriani, anak Sonhadji saat ditemui detikcom.
Tapi Indriani merasa aneh ketika Erwin ditanya kembali, pria berperawakan kecil itu bercerita lain lagi. Menurutnya, pria yang datang belakangan tidak menepuk bahu Sonhadji. Pria itu hanya melambaikan tangan saja.
Karena penasaran, Indriani bersama suaminya, kemudian mendatangi Dunkin Donuts. Jawaban yang sama juga didapatkan. Pria yang bernama Johan itu ternyata hanya melambai saja. Kemudian dia menghampiri Sonhadji.
Namun rasa penasaran itu masih terus menyelimuti Indriani dan keluarga. Ibu beranak satu itu pun kemudian membuka-buka agenda milik Sonhadji. Ia kemudian mencari-cari nomor orang yang bernama Johan. Begitu didapat Indriani akhirnya meneleponnya untuk bertemu. Kebetulan rumah Johan tidak jauh dari rumah Sonhadji.
Dari keterangan Johan diketahui, usai berbincang-bincang dengan dirinya Sonhadji kemudian pamit pergi dengan 2 orang yang sebelumnya makan di tempat itu. "Saya tidak menepuk bahu Pak Sonhadji. Saya hanya salaman. Ya karena Pak Sonhadji yang menyodorkan tangannya," ujar Johan kepada detikcom.
Setelah itu, kata Johan, Sonhadji mengajak pindah ke meja lainnya. Sementara teman ngobrol Sonhadji, yakni Erwin, duduk seorang diri. Namun tidak beberapa lama datang lagi seorang pria yang duduk di meja menemani pria tersebut. Belakangan diketahui pria tersebut bernama Ipul, pengawal Erwin.
Johan mengaku kenal Sonhadji sudah sejak lama, yakni saat Sinhadji masih bekerja di PT Jaya Obayashi, perusahaan kontraktor bidang energi. Johan sempat menangani proyek-proyek pengadaan di PT Jaya Obayashi. Pernah pula Johan mengurusi utang-piutang di perusahaan itu. Dari situlah Johan berkenalan dan berteman dengan Sonhadji.
Menurut Johan, saat di Dunkin Donuts dirinya tidak lama ngobrol dengan Sonhadji. "Kami hanya saling tanya kabar masing-masing. Setelah itu saya dibelikan minuman. Kemudian Pak Sonhadji duduk lagi di mejanya semula," kenang Johan.
Johan, yang sehari-hari bekerja sebagai juru tagih (debt collector) mengaku datang ke tempat itu untuk bertemu temannya sesama debt colector.
"Setelah memesan minuman saya kemudian duduk terpisah. Dan kemudian saya melihat Pak Sonhadji pergi bersama dua orang. Dan saya tidak tahu lagi pergi kemana," jelas Johan.
Ternyata Sonhadji memberi tumpangan Erwin dan Ipul. Erwin dan Ipul minta diantar menuju mobilnya yang ada di TIS Square, berjarak sekitar 300 meter dari Dunkin Donuts.
Nah, sejak itulah Sonhadji tidak lagi diketahui kabarnya. Erwin kepada keluarga maupun polisi mengatakan, setelah diantar ke TIS dia tidak ada kontak lagi dengan Sonhadji.
Keterangan Erwin ini memang berbeda-beda. Sebab sebelumnya Erwin bilang orang yang terakhir bertemu dengan Sonhadji adalah Johan. Tapi belakangan Erwin mengaku diantar Sonhadji ke TIS. Sementara Johan masih tetap di Dunkin Donuts.
Karena merasa ada yang aneh dari keterangan Erwin, keluarga menduga Erwin tahu banyak soal kematian Sonhadji. Erwin sendiri kini sudah tidak bisa lagi dikontak keluarga Sonhadji.
"Kata polisi Erwin sedang didalami keterangannya. Tapi sampai sekarang kami tidak tahu lagi bagaimana perkembangannya," kata Indriani, putri Sonhadji.
Polisi masih menangani kasus ini. Kanit Reskrim Polsek Metro Jagakarsa, AKP Dalby Rusdi, menyatakan kasusnya saat ini sudah dilimpahkan ke Polrestro Jakarta Selatan. "Berkas dan barang bukti sudah dilimpahkan ke Polres," katanya.
Kriminolog UI Irvan Olii berpendapat Erwin dan Ipul, sebagai orang yang terakhir bertemu Sonhadji harus segera dimintai keterangan. Bila sekarang Erwin menghilang, hal itu memperkuat kecurigaan Erwin terlibat pembunuhan.
"Mereka ngobrol di sini pas jam makan siang. Pria yang berkemeja hijau kotak-kotak (Sonhadji) yang membelikan donat dan kopi," ujar salah seorang karyawan Dunkin Donut Tebet saat ditemui detikcom.
Pelayan Dunkin Donuts yang enggan namanya disebut itu kemudian menambahkan, ketika ketiganya sedang mengobrol, datang seorang pria yang menyapa Sonhadji. Orang yang baru datang itu belakangan diketahui bernama Johan, kenalan pengusaha berusia 56 tahun itu.
"Pria yang baru datang itu melambaikan tangan ke orang yang berambut putih itu. Kemudian mereka bersalaman. Setelah itu keduanya pindah ke meja yang lain. Setelah itu saya tidak perhatikan lagi. Karena harus melayani pembeli yang lain," ujarnya.
Keterangan tersebut tentu berbeda dengan informasi sebelumnya. Sebab saat laporan awal ke Polsek Jagakarsa, Sonhadji dinyatakan hilang setelah ditepuk bahunya oleh seseorang. Kondisi Sonhadji saat itu dikatakan seperti orang linglung.
"Soal tepuk bahu itu karena kami mendengar versi Erwin kepada ibu saya, Jumat pagi (20/05/2011). keterangan itulah yang menjadi laporan kami ke polisi saat itu," jelas Vitria Indriani, anak Sonhadji saat ditemui detikcom.
Tapi Indriani merasa aneh ketika Erwin ditanya kembali, pria berperawakan kecil itu bercerita lain lagi. Menurutnya, pria yang datang belakangan tidak menepuk bahu Sonhadji. Pria itu hanya melambaikan tangan saja.
Karena penasaran, Indriani bersama suaminya, kemudian mendatangi Dunkin Donuts. Jawaban yang sama juga didapatkan. Pria yang bernama Johan itu ternyata hanya melambai saja. Kemudian dia menghampiri Sonhadji.
Namun rasa penasaran itu masih terus menyelimuti Indriani dan keluarga. Ibu beranak satu itu pun kemudian membuka-buka agenda milik Sonhadji. Ia kemudian mencari-cari nomor orang yang bernama Johan. Begitu didapat Indriani akhirnya meneleponnya untuk bertemu. Kebetulan rumah Johan tidak jauh dari rumah Sonhadji.
Dari keterangan Johan diketahui, usai berbincang-bincang dengan dirinya Sonhadji kemudian pamit pergi dengan 2 orang yang sebelumnya makan di tempat itu. "Saya tidak menepuk bahu Pak Sonhadji. Saya hanya salaman. Ya karena Pak Sonhadji yang menyodorkan tangannya," ujar Johan kepada detikcom.
Setelah itu, kata Johan, Sonhadji mengajak pindah ke meja lainnya. Sementara teman ngobrol Sonhadji, yakni Erwin, duduk seorang diri. Namun tidak beberapa lama datang lagi seorang pria yang duduk di meja menemani pria tersebut. Belakangan diketahui pria tersebut bernama Ipul, pengawal Erwin.
Johan mengaku kenal Sonhadji sudah sejak lama, yakni saat Sinhadji masih bekerja di PT Jaya Obayashi, perusahaan kontraktor bidang energi. Johan sempat menangani proyek-proyek pengadaan di PT Jaya Obayashi. Pernah pula Johan mengurusi utang-piutang di perusahaan itu. Dari situlah Johan berkenalan dan berteman dengan Sonhadji.
Menurut Johan, saat di Dunkin Donuts dirinya tidak lama ngobrol dengan Sonhadji. "Kami hanya saling tanya kabar masing-masing. Setelah itu saya dibelikan minuman. Kemudian Pak Sonhadji duduk lagi di mejanya semula," kenang Johan.
Johan, yang sehari-hari bekerja sebagai juru tagih (debt collector) mengaku datang ke tempat itu untuk bertemu temannya sesama debt colector.
"Setelah memesan minuman saya kemudian duduk terpisah. Dan kemudian saya melihat Pak Sonhadji pergi bersama dua orang. Dan saya tidak tahu lagi pergi kemana," jelas Johan.
Ternyata Sonhadji memberi tumpangan Erwin dan Ipul. Erwin dan Ipul minta diantar menuju mobilnya yang ada di TIS Square, berjarak sekitar 300 meter dari Dunkin Donuts.
Nah, sejak itulah Sonhadji tidak lagi diketahui kabarnya. Erwin kepada keluarga maupun polisi mengatakan, setelah diantar ke TIS dia tidak ada kontak lagi dengan Sonhadji.
Keterangan Erwin ini memang berbeda-beda. Sebab sebelumnya Erwin bilang orang yang terakhir bertemu dengan Sonhadji adalah Johan. Tapi belakangan Erwin mengaku diantar Sonhadji ke TIS. Sementara Johan masih tetap di Dunkin Donuts.
Karena merasa ada yang aneh dari keterangan Erwin, keluarga menduga Erwin tahu banyak soal kematian Sonhadji. Erwin sendiri kini sudah tidak bisa lagi dikontak keluarga Sonhadji.
"Kata polisi Erwin sedang didalami keterangannya. Tapi sampai sekarang kami tidak tahu lagi bagaimana perkembangannya," kata Indriani, putri Sonhadji.
Polisi masih menangani kasus ini. Kanit Reskrim Polsek Metro Jagakarsa, AKP Dalby Rusdi, menyatakan kasusnya saat ini sudah dilimpahkan ke Polrestro Jakarta Selatan. "Berkas dan barang bukti sudah dilimpahkan ke Polres," katanya.
Kriminolog UI Irvan Olii berpendapat Erwin dan Ipul, sebagai orang yang terakhir bertemu Sonhadji harus segera dimintai keterangan. Bila sekarang Erwin menghilang, hal itu memperkuat kecurigaan Erwin terlibat pembunuhan.
Komentar
Posting Komentar
Just post what's on your mind