PARIS, Kompas.com - Li Na memiliki kesempatan kedua untuk menorehkan tinta emas dalam sejarah tenis benua Asia, setelah memastikan diri maju ke final Perancis Terbuka. Dia akan menjadi petenis putri pertama dari benua kuning ini yang mampu merengkuh trofi grand slam, jika bisa mengalahkan petenis Italia, Francesca Schiavone, pada final yang berlangsung Sabtu (4/6/11).
Saya datang ke lapangan dengan lebih percaya diri. Anda harus yakin bisa melakukannya
-- Li Na
Kali ini, Li Na menghadapi lawan yang sepadan, yang memiliki pukulan keras. Apalagi, Schiavone merupakan juara bertahan, dan sedang mengincar prestasi sebagai pemain keenam yang sukses pertahankan gelar di lapangan tanah merah Paris, sejak tenis profesional digelar pada 1968.
"Ini adalah sesuatu yang penting bagi tenis China. Mereka akan menayangkan secara langsung pertandingan tersebut di televisi," ujar Li Na, yang menjadi unggulan keenam di Roland Garros ini.
"Saya datang ke lapangan dengan lebih percaya diri. Anda harus yakin bisa melakukannya.
"Saya tidak tahu berapa banyak yang bisa saya lakukan untuk tenis China, tetapi saya tahu bahwa jika seseorang melakukannya dan berhasil sampai final, maka para anak muda akan berkata 'mungkin saya sendiri bisa melakukannya'. Saya berharap tenis di China akan semakin berkembang," tegas Li Na, yang pukulannya semakin bagus, terutama stroke yang flat, serta piawai dalam menggabungkan spin dan slice.
Misi Schiavone
Tekad yang kuat dari Li Na untuk membuat tenis semakin terkenal di China, dan memberikan kebanggaan kepada orang Asia pada umumnya, akan mendapat perlawanan dari misi pribadi Schiavone. Unggulan kelima tersebut ingin menyejajarkan dirinya dengan Margaret Smith Court, Chris Evert, Steffi Graff, Monica Seles dan Justine Henin, yang berhasil pertahankan Suzanne Lenglen Cupsejak 1968.
"Saya (sekali) kalah di perempat final turnamen wanita di sini," ujar pebalap berusia 30 tahun tersebut.
"Selama pekan itu, di sana terjadi sebuah pertandingan besar, Graf lawan Seles, dan saya ingat bahwa saya ingin mengambil sebuah gambar. Setiap tahun sebelum saya ke sini, saya melihat gambar tersebut."
Menghadapi Li Na, Schiavone akan mengandalkan kombinasi slice backhand dan spin forehand. Ini ditengarai bisa menjadi senjata ampuh untuk meredam kekuatan Li Na.
"Saya bermain bola, slice dan top spin. Dia bermain dengan lebih mengandalkan tenaga," ujar Schiavone.
"Tetapi, kuncinya mungkin konsistensi dan serangan atau bermain lebih dalam. Hal-hal yang kecil bisa membuat perbedaan."
Mengenai siapa kandidat juara, petenis Perancis Marion Bartoli mengatakan, Schiavone lebih berpeluang. Menurutnya, pemain Italia tersebut termasuk tipikal petenis lapangan tanah liat.
"Francesca merasa sangat bagus di sini. Dia sangat nyaman pada tipe lapangan tanah merah... itu membuat bola spin-nya sangat menyulitkan sehingga Li pasti sulit meladeni permainannya, apalagi dia senang lawan yang memainkan bola flat," ujar Bartoli, yang dikalahkan Schiavone di semifinal.
"Juga, Francesca sudah menang di sini sedangkan Li tidak dan kurang berpengalaman. Itu mungkin menjadi keuntungan bagi Francesca."
Komentar
Posting Komentar
Just post what's on your mind