Jakarta - Satu langkah lagi hampir dicapai Gisheila Ruth Anggitha Nainggolan (16) untuk menjadi dokter anak. Tekun belajar dan fokus pada mata pelajaran yang akan diuji di Ujian Nasional (UN) berbuah manis. Lulusan SMAN 81 Jakarta ini lolos tanpa tes masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Anak perempuan kedua dari tiga bersaudara ini mengaku terkejut ketika Pemerintah DKI Jakarta dan pihak sekolahnya mengumumkan dirinya mendapat nilai IPA UN tertinggi se-DKI Jakarta. Nilai rata-rata yang didapatnya dari ujian tersebut adalah 57,5 dari 6 pelajaran yang diuji.
Melihat nilai yang didapat, bukan main tingginya. Mata pelajaran eksak mendapat nilai rata-rata di atas 90, hanya pelajaran Bahasa Indonesia yang terendah.
Anak perempuan yang gemar membaca novel dan roman ini memiliki nilai tertinggi dalam pelajaran Matematika, 100. Disusul Biologi, Fisika, dan Kimia dengan nilai 97,5 dan Bahasa Inggris 94. Kemudian Bahasa Indonesia mendapat poin 86.
"Dari semua pelajaran cuma Bahasa Indonesia yang deg-degan pas ngerjain soalnya. Kalau yang lain masih bisa tenang," ujar siswi yang mendapatkan kesempatan belajar di kelas Akselerasi SMAN 81 Jakarta, saat ditemui wartawan di halaman sekolah, Jl Kartika Eka Paksi, Makassar, Jakarta Timur, Kamis (26/5).
Gadis berperawakan kurus tinggi ini menuturkan alasannya bisa mencapai nilai tertinggi eksak. Baginya pelajaran eksak lebih dianggap mudah daripada pelajaran sosial pada umumnya. Dia menuturkan, pelajaran sosial terlalu banyak yang harus dihafal. Sementara eksak lebih kepada penajaman dan pelatihan dalam menyelesaikan soal.
"Dari semua pelajaran eksak saya lebih suka Kimia, seru aja kalau Kimia," kata Gisheila yang beberapa kali mendapat rangking 3 besar selama bersekolah.
Bukan hanya dia yang terkejut ketika diumumkan mendapat nilai tertinggi IPA dalam UN. Keluarga dan sekolah juga terkejut sekaligus bangga Gisheila mendapatkan prestasi tersebut.
Prestasi tersebut bukan didapat secara simsalabim. Saat bersekolah, dia lebih memilih membaca dan menyelesaikan soal-soal latihan pelajaran. Ketika UN mulai mendekati hari, Gisheila justru tidak menyibukkan dirinya dengan belajar.
"Deket-deket ujian saya cuma mengulang apa yang pernah dipelajari, nggak terus dipaksakan belajar. Karena kalau sudah capek malah pelajaran enggak akan masuk," ujarnya.
Bukan hanya itu. Kunci kesuksesan, menurutnya, adalah ketekunan dan sungguh-sungguh untuk meraih apa yang dicita-citakan. Sikap itu didapatnya ketika gagal masuk ke SMAN Lapan, Bukit Duri, Jakarta Pusat.
Dia tidak patah arang dengan kegagalan yang diterimanya tersebut. Di bangku sekolah SMA yang pernah ia tempati, dia fokus berupaya untuk dapat melenggang ke kampus UI Fakultas Kedokteran.
"Di mana pun kita ditempatkan asal kita serius pasti tercapai," tuturnya seraya melepas kacamata yang dipakainya.
Kini Gisheila dapat bernapas lega. Cita-citanya duduk di Kedokteran UI dapat tercapai berkat usaha yang dilakukannya. Selama
Anak perempuan kedua dari tiga bersaudara ini mengaku terkejut ketika Pemerintah DKI Jakarta dan pihak sekolahnya mengumumkan dirinya mendapat nilai IPA UN tertinggi se-DKI Jakarta. Nilai rata-rata yang didapatnya dari ujian tersebut adalah 57,5 dari 6 pelajaran yang diuji.
Melihat nilai yang didapat, bukan main tingginya. Mata pelajaran eksak mendapat nilai rata-rata di atas 90, hanya pelajaran Bahasa Indonesia yang terendah.
Anak perempuan yang gemar membaca novel dan roman ini memiliki nilai tertinggi dalam pelajaran Matematika, 100. Disusul Biologi, Fisika, dan Kimia dengan nilai 97,5 dan Bahasa Inggris 94. Kemudian Bahasa Indonesia mendapat poin 86.
"Dari semua pelajaran cuma Bahasa Indonesia yang deg-degan pas ngerjain soalnya. Kalau yang lain masih bisa tenang," ujar siswi yang mendapatkan kesempatan belajar di kelas Akselerasi SMAN 81 Jakarta, saat ditemui wartawan di halaman sekolah, Jl Kartika Eka Paksi, Makassar, Jakarta Timur, Kamis (26/5).
Gadis berperawakan kurus tinggi ini menuturkan alasannya bisa mencapai nilai tertinggi eksak. Baginya pelajaran eksak lebih dianggap mudah daripada pelajaran sosial pada umumnya. Dia menuturkan, pelajaran sosial terlalu banyak yang harus dihafal. Sementara eksak lebih kepada penajaman dan pelatihan dalam menyelesaikan soal.
"Dari semua pelajaran eksak saya lebih suka Kimia, seru aja kalau Kimia," kata Gisheila yang beberapa kali mendapat rangking 3 besar selama bersekolah.
Bukan hanya dia yang terkejut ketika diumumkan mendapat nilai tertinggi IPA dalam UN. Keluarga dan sekolah juga terkejut sekaligus bangga Gisheila mendapatkan prestasi tersebut.
Prestasi tersebut bukan didapat secara simsalabim. Saat bersekolah, dia lebih memilih membaca dan menyelesaikan soal-soal latihan pelajaran. Ketika UN mulai mendekati hari, Gisheila justru tidak menyibukkan dirinya dengan belajar.
"Deket-deket ujian saya cuma mengulang apa yang pernah dipelajari, nggak terus dipaksakan belajar. Karena kalau sudah capek malah pelajaran enggak akan masuk," ujarnya.
Bukan hanya itu. Kunci kesuksesan, menurutnya, adalah ketekunan dan sungguh-sungguh untuk meraih apa yang dicita-citakan. Sikap itu didapatnya ketika gagal masuk ke SMAN Lapan, Bukit Duri, Jakarta Pusat.
Dia tidak patah arang dengan kegagalan yang diterimanya tersebut. Di bangku sekolah SMA yang pernah ia tempati, dia fokus berupaya untuk dapat melenggang ke kampus UI Fakultas Kedokteran.
"Di mana pun kita ditempatkan asal kita serius pasti tercapai," tuturnya seraya melepas kacamata yang dipakainya.
Kini Gisheila dapat bernapas lega. Cita-citanya duduk di Kedokteran UI dapat tercapai berkat usaha yang dilakukannya. Selama
Komentar
Posting Komentar
Just post what's on your mind