Mataram (ANTARA) - Ulama ternama asal Baltimore, Amerika Serikat (AS), Muhammad Bashar Arafat, mengaku berkewajiban mempertemukan warga AS dengan umat muslim Indonesia, sebagai upaya menghapus stigma negatif yang terbangun di kalangan warga AS tertentu.
"Tugas saya bawa warga AS untuk bertemu muslim Indonesia, bukan hanya datang ke Bali saja, tetapi juga di Lombok dan daerah lainnya," kata Arafat saat berdialog dengan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Kota Mataram, di Ponpes Darul Falah, di Pagutan, Kota Mataram, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu.
Dialog itu merupakan bagian dari rangkaian kunjungan silaturahmi pendiri dan Ketua Civilizations Exchange and Cooperation Foundation (CECF) itu, ke wilayah NTB selama lima hari terhitung Sabtu (14/7) hingga Rabu (18/7).
Dalam kunjungannya itu, Arafat didampingi Pejabat Kehumasan Konsulat Jenderal (Konjen) AS di Surabaya Emily Yasmin Norris, dan Direktur Pusat Penelitian Informasi Konjen AS di Surabaya Christian Natamado Simanullang.
Dari kalangan pengurus NU, hadir Rois Syariyah NU Kota Mataram TGH Mustiadi Abhar, dan Ketua Tandiziyah NTB Kota Mataram Fairuzzabadi.
Arafat yang juga menjabat Presiden Islamic Affairs Council of Maryland, AS itu, berkunjung ke NTB antara lain untuk menyampaikan informasi tentang perkembangan Islam di AS.
Imam besar di Masjid Baltimore, AS selama 20 tahun dan sebelumnya di Syria selama sembilan tahun itu, mengaku sangat fokus mengajarkan perdamaian pada generasi dunia, termasuk di AS dan Indonesia.
Menurut dia, banyak orang tidak mengerti ajaran Islam yang sebenarnya dan sumbangsih peradaban Muslim terhadap masyarakat Amerika dan Eropa.
Kurangnya pengetahuan dan pemahaman itu menjadi hambatan utama untuk mewujudkan koeksistensi yang harmonis antara muslim dan non-muslim.
Pandangan warga AS terhadap Islam Indonesia, misalnya, cukup beragam, seperti pandangan negatif yang dikaitkan dengan terorisme, dan pandangan positif yakni Islam Indonesia pemersatu dunia.
Karena itu, Arafat terdorong untuk mendirikan Civilizations Exchange and Cooperation Foundation (CECF), sebuah organisasi yang menumbuhkan kerjasama, dan bukannya konfrontasi, di antara orang-orang dari agama dan budaya yang berbeda.
Upaya tersebut diimplementasikan melalui program pertukaran mahasiswa, profesional dan tokoh agama, sekaligus seminar dan perkuliahan pendidikan budaya di Amerika Serikat, Yordania, Mesir, Spanyol dan Maroko.
Generasi muda NTB juga mendapat kesempatan mengikuti program CECF sehingga ulama AS serta warga AS lainnya, perlu menjalin kerja sama dengan Muslim di Pulau Lombok dan Sumbawa.
"Kalau banyak warga AS ke sini (NTB) tentu jalinan silaturahmi semakin baik dengan muslim di sini. Mungkin saja nanti bisa berdagang, berwisata, yang tentunya akan ikut membantu kemajuan pembangunan daerah ini," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Ulama AS itu banyak memberi nasehat terutama kepada generasi muda NTB agar terus menjalin hubungan baik dengan masyarakat dunia, agar juga maju seperti masyarakat di negara lainnya.
Ia juga menekankan pentingnya keterpaduan bidang keagamaan dengan teknologi dan ilmu pengetahuan lainnya, karena hal itu telah diajarkan para imam terdahulu sebagaimana ditegaskan dalam Al Quran.
Versi Konjen AS di Surabaya, umat Islam di AS berkisar antara 8-10 juta orang, terbanyak di Michigan. Jumlah masjid lebih dari 3.000 unit, termasuk masjid nasional di Was
Komentar
Posting Komentar
Just post what's on your mind