TEMPO.CO, London - Sebuah sekolah Katolik di Birmingham, Inggris, barangkali merupakan sekolah paling ''seru'' di negeri itu. Di sini, ke-414 muridnya berbicara dalam 31 bahasa yang berbeda di antara mereka. Namun bahasa Inggris merupakan bahasa utama mereka.
Bahasa-bahasa lain, termasuk Lingala dan Yoruba, bahasa lokal di beberapa bagian Afrika, Mirpuri dan Hindko, bahasa lokal Pakistan, juga dikuasai dengan sangat baik oleh beberapa siswa.
Keragaman bahasa ini menjadi tantangan yang dihadapi guru. Namun mereka bangga dengan ''kekayaan'' bahasa di sekolah mereka.
Tahun lalu, 91 persen murid mencapai tingkat patokan empat atau di atas rata-rata nilai siswa Inggris dalam bahasa Inggris dan 89 persen dalam matematika.
Sebagian besar siswa berasal dari latar belakang Pakistan dan bahasa pertama yang paling umum dipakai adalah bahasa Urdu dan Mirpuri. Untuk berurusan dengan berbagai bahasa yang dipakai, para guru semua dilatih untuk mengajar bahasa Inggris sebagai bahasa tambahan.
Sekolah kadang-kadang menggunakan penerjemah, juga sebagai ''teman'' mereka. Siswa baru di sekolah ini dipasangkan dengan seorang siswa lain yang memiliki bahasa ibu yang sama dan dapat membantu mereka untuk mulai belajar bahasa Inggris.
Bahasa sehari-hari lain di sekolah ini adalah bahasa Afrika, Arab Irak, Arab Lingala, Arab Sudan, Arab Yaman, Bengali Bangla, Bengali Sylheti, Cek, Belanda, Inggris, Gaelic, Gujarati, Gurmukhi , Hindko, logat Jamaika, Kachi, Lingala, Mirpuri, Nepal, Pashto, Polandia, Portugis, Punjabi, Rumania, Somalia, Spanyol, Sudan, Swiss Prancis, Tamil, Urdu, dan bahasa Yoruba.
Angka yang diperoleh Mail Birmingham mengungkapkan bahwa ada lebih dari 120 bahasa yang dipakai di sekolah ini. Meskipun merupakan sekolah Katolik, mayoritas murid di sekolah ini berasal dari latar belakang Pakistan dan tak sedikit yang beragama lain.
"Banyak siswa yang mendaftar tak memiliki kemampuan bahasa Inggris sedikit pun, dan hal pertama yang kita lakukan adalah memasangkan mereka dengan anak lain karena itu adalah cara terbaik untuk bahasa yang akan diperkenalkan kepada mereka," kata Evelyn Harper, sang kepala sekolah.
Bahasa-bahasa lain, termasuk Lingala dan Yoruba, bahasa lokal di beberapa bagian Afrika, Mirpuri dan Hindko, bahasa lokal Pakistan, juga dikuasai dengan sangat baik oleh beberapa siswa.
Keragaman bahasa ini menjadi tantangan yang dihadapi guru. Namun mereka bangga dengan ''kekayaan'' bahasa di sekolah mereka.
Tahun lalu, 91 persen murid mencapai tingkat patokan empat atau di atas rata-rata nilai siswa Inggris dalam bahasa Inggris dan 89 persen dalam matematika.
Sebagian besar siswa berasal dari latar belakang Pakistan dan bahasa pertama yang paling umum dipakai adalah bahasa Urdu dan Mirpuri. Untuk berurusan dengan berbagai bahasa yang dipakai, para guru semua dilatih untuk mengajar bahasa Inggris sebagai bahasa tambahan.
Sekolah kadang-kadang menggunakan penerjemah, juga sebagai ''teman'' mereka. Siswa baru di sekolah ini dipasangkan dengan seorang siswa lain yang memiliki bahasa ibu yang sama dan dapat membantu mereka untuk mulai belajar bahasa Inggris.
Bahasa sehari-hari lain di sekolah ini adalah bahasa Afrika, Arab Irak, Arab Lingala, Arab Sudan, Arab Yaman, Bengali Bangla, Bengali Sylheti, Cek, Belanda, Inggris, Gaelic, Gujarati, Gurmukhi , Hindko, logat Jamaika, Kachi, Lingala, Mirpuri, Nepal, Pashto, Polandia, Portugis, Punjabi, Rumania, Somalia, Spanyol, Sudan, Swiss Prancis, Tamil, Urdu, dan bahasa Yoruba.
Angka yang diperoleh Mail Birmingham mengungkapkan bahwa ada lebih dari 120 bahasa yang dipakai di sekolah ini. Meskipun merupakan sekolah Katolik, mayoritas murid di sekolah ini berasal dari latar belakang Pakistan dan tak sedikit yang beragama lain.
"Banyak siswa yang mendaftar tak memiliki kemampuan bahasa Inggris sedikit pun, dan hal pertama yang kita lakukan adalah memasangkan mereka dengan anak lain karena itu adalah cara terbaik untuk bahasa yang akan diperkenalkan kepada mereka," kata Evelyn Harper, sang kepala sekolah.
Komentar
Posting Komentar
Just post what's on your mind