Senin, 01 Maret 2010
Foto Foto Ritual Pemakaman Suku Tibet, Mengerikan Mayatnya Di Makan burung Bangkai
Penguburan di udara terbuka merupakan suatu tradisi penguburan yang umum di kawasan Tibet. Berdasarkan sisa peninggalan makam kuno Tibet, diperkirakan bahwa awal penguburan terbuka mungkin dimulai setelah abad ke-7 Masehi. Seorang ahli memperkirakan, bahwa ritual penguburan ini diciptakan oleh Dhikung Geshe. Pada 1179 Masehi, Dhikung Paldeng mendirikan kuil Dhikungti di kabupaten Medogungkar, dan ketika
itulah sistem makam di udara terbuka disempurnakan.
Adapun mengenai penguburan di udara terbuka, ajaran Buddha Tibet secara turun temurun menganggap, bahwa menyalakan dupa mengantar asap untuk membuka jalan menuju nirwana, jasad dijadikan sebagai persembahan kepada para dewa, memanjatkan doa meminta ampun bagi dosa-dosa si mati semasa hidup di dunia dan agar arwahnya dibawa ke kayangan. Burung-burung yang terpanggil datang oleh asap dupa, tidak akan melukai hewan apapun selain memakan bangkai mayat, orang Tibet menyebutnya sebagai "burung dewa". Konon kabarnya, cara penguburan seperti ini adalah mencontoh tindakan Sakyamuni ; "mengorbankan diri dimangsa harimau", karena itu penguburan secara terbuka menjadi populer di Tibet hingga sekarang.
itulah sistem makam di udara terbuka disempurnakan.
Adapun mengenai penguburan di udara terbuka, ajaran Buddha Tibet secara turun temurun menganggap, bahwa menyalakan dupa mengantar asap untuk membuka jalan menuju nirwana, jasad dijadikan sebagai persembahan kepada para dewa, memanjatkan doa meminta ampun bagi dosa-dosa si mati semasa hidup di dunia dan agar arwahnya dibawa ke kayangan. Burung-burung yang terpanggil datang oleh asap dupa, tidak akan melukai hewan apapun selain memakan bangkai mayat, orang Tibet menyebutnya sebagai "burung dewa". Konon kabarnya, cara penguburan seperti ini adalah mencontoh tindakan Sakyamuni ; "mengorbankan diri dimangsa harimau", karena itu penguburan secara terbuka menjadi populer di Tibet hingga sekarang.
Setelah kematian seorang Tibet, mayat dibungkus kain putih dan diletakkan di sudut rumah selama tiga atau lima hari. Selama beberapa hari itu biksu diminta untuk menyanyikan doa doa sehingga jiwa dapat dibebaskan dari api penyucian.
setelah itu mayat dikirim ke situs pemakaman di antara bukit bukit yang banyak terdapat burung bangkai.
Bau mayat mengundang kelompok-kelompok burung bangkai melayang-layang di atas situs "pemakaman". Lalu seorang 'daodeng' , mulai mengiris tubuh.
Burung bangkai langsung menghampiri mayat lalu mulai menukik dan mematuk di daging dan tulang-tulang mayat tersebut.Konon, setiap daging yang dimakan oleh burung-burung yang i akan mengikat roh-roh kehidupan ini, Setelah mereka dikremasi, abu tersebar ke udara. Pada saat ini almarhum selanjutnya akan terbang ke nirwana.
Anggota keluarga tidak diperkenankan untuk hadir di pemakaman. 'Daodeng' dan pelayat tidak boleh ke rumah almarhum selama dua hari setelah pemakaman.
Komentar
Posting Komentar
Just post what's on your mind