Berbicara tentang boneka, sebagian orang mungkin membayangkan sosok perempuan cantik, binatang yang lucu, atau tokoh imajinasi. Semuanya menampilkan keceriaan, kelucuan, tetapi tidak bergerak atau tumbuh.
Berbeda dengan boneka yang satu ini, bisa hidup dan tumbuh. Inilah boneka Horta yang disingkat dari kata hortikultura yang merupakan hasil inovasi dan kreativitas sekelompok alumnus Fakultas Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor (IPB). Nama Horta itu menunjukkan adanya hubungan dengan pembudidayaan yang menggunakan bibit tanaman dan bisa tumbuh.
Boneka itu bukan menyerupai orang, tetapi berbentuk berbagai binatang seperti kura-kura, kucing, sapi, panda, platipus, dan babi. Sedikitnya ada sembilan model dan setiap dua bulan sekali akan ada model baru untuk menarik orang membeli.
Kehadiran boneka Horta yang merupakan produk kreatif relatif baru. Untuk itu perlu upaya mengedukasi pasar agar lebih mengenal fungsinya, sehingga orang akan menaruh perhatian.
Boneka Horta tidak sebatas mainan bagi anak. Ia berfungsi juga untuk menumbuhkan rasa cinta kepada tanaman dan tanggung jawab. Kehadirannya bisa mengimbangi keberadaan mainan anak-anak di perkotaan yang lebih banyak didominasi produk elektronik.
Keunikan boneka Horta terletak di bagian kepala atau punggung yang berwarna agak kehitaman, sedangkan bagian badan lain berwarna cokelat. Rambutnya adalah tanaman rumput dan bagian badan diisi limbah kayu berupa serbuk gergaji yang menjadi media untuk tumbuh.
Boneka itu direndam di air di bagian kepala atau pungggung tempat bibit rumput diletakkan selama 2 jam. Setelah itu disiram dua kali sehari. Dalam 4 hari bibit rumput akan tumbuh hijau menyerupai rambut. Bagian ini harus terus disiram sehingga daunnya yang runcing akan terus memanjang. 'Rambut' itu bisa bertahan selama 3 bulan, karena akar-akarnya memenuhi media yang dibungkus dengan stocking.
Saat ini terdapat tiga orang yang menjadi penggerak usaha tersebut. Mereka adalah Asep Rodiansyah sebagai ketua pengembangan penelitian, Gigin Mariansyah yang berperan sebagai manajer pemasaran dan Nisa Rahmaniah yang mengurusi masalah administrasi. Mereka sama-sama berasal dari Jurusan Agronomi dan Hortikultura, IPB.
Berbeda dengan boneka yang satu ini, bisa hidup dan tumbuh. Inilah boneka Horta yang disingkat dari kata hortikultura yang merupakan hasil inovasi dan kreativitas sekelompok alumnus Fakultas Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor (IPB). Nama Horta itu menunjukkan adanya hubungan dengan pembudidayaan yang menggunakan bibit tanaman dan bisa tumbuh.
Boneka itu bukan menyerupai orang, tetapi berbentuk berbagai binatang seperti kura-kura, kucing, sapi, panda, platipus, dan babi. Sedikitnya ada sembilan model dan setiap dua bulan sekali akan ada model baru untuk menarik orang membeli.
Kehadiran boneka Horta yang merupakan produk kreatif relatif baru. Untuk itu perlu upaya mengedukasi pasar agar lebih mengenal fungsinya, sehingga orang akan menaruh perhatian.
Boneka Horta tidak sebatas mainan bagi anak. Ia berfungsi juga untuk menumbuhkan rasa cinta kepada tanaman dan tanggung jawab. Kehadirannya bisa mengimbangi keberadaan mainan anak-anak di perkotaan yang lebih banyak didominasi produk elektronik.
Keunikan boneka Horta terletak di bagian kepala atau punggung yang berwarna agak kehitaman, sedangkan bagian badan lain berwarna cokelat. Rambutnya adalah tanaman rumput dan bagian badan diisi limbah kayu berupa serbuk gergaji yang menjadi media untuk tumbuh.
Boneka itu direndam di air di bagian kepala atau pungggung tempat bibit rumput diletakkan selama 2 jam. Setelah itu disiram dua kali sehari. Dalam 4 hari bibit rumput akan tumbuh hijau menyerupai rambut. Bagian ini harus terus disiram sehingga daunnya yang runcing akan terus memanjang. 'Rambut' itu bisa bertahan selama 3 bulan, karena akar-akarnya memenuhi media yang dibungkus dengan stocking.
Saat ini terdapat tiga orang yang menjadi penggerak usaha tersebut. Mereka adalah Asep Rodiansyah sebagai ketua pengembangan penelitian, Gigin Mariansyah yang berperan sebagai manajer pemasaran dan Nisa Rahmaniah yang mengurusi masalah administrasi. Mereka sama-sama berasal dari Jurusan Agronomi dan Hortikultura, IPB.
Boneka Horta itu merupakan hasil penelitian dari sekolompok mahasiswa Fakultas Agronomi dan Hortikultura IPB yang ikut Program Kreatif Mahasiswa yang diselenggarakan oleh Direktorat Perguruan Tinggi Diknas pada 2004. Mereka meraih juara pertama.
Menurut Nisa, mereka mulai memproduksi boneka dalam jumlah terbatas dan dipasarkan di lingkungan mahasiswa.
Setelah lulus perguruan tinggi, uang hadiah yang didapat dari lomba tersebut senilai Rp4,5 juta masih utuh. Mereka menggunakan uang itu untuk mengembangkan usaha tersebut mulai 2007 secara bertahap dengan memasarkan produknya melalui Internet dan teman-teman.
"Sekarang produksinya sudah mencapai 10.000-12.000 boneka per bulan," kata Nisa dan Gigin yang ditemui di lokasi produksi boneka Horta di Dramaga, Bogor. Pembuatan boneka Horta dilakukan berdasarkan pesanan, karena umur biji-bijian itu hanya bertahan sekitar enam bulan. "Bahan medianya mudah kami dapatkan, tetapi bibitnya diimpor," kata Nisa.
Untuk memproduksi boneka hidup itu mereka melibatkan sekelompok perempuan di perdesaan, sehingga secara langsung juga menggerakkan ekonomi setempat. Mereka mempekerjakan sedikitnya 35 orang di Laladon, Bogor.
Pemasaran produk tersebut sebagian besar ditujukan di wilayah Jabotabek, dan sebagian di Yogyakarta, Tarakan, Samarinda, Padang, dan Medan. Mereka membeli berdasarkan pesanan. Anda bisa melihat boneka Horta di ruang pamer di Babakan Tengah, Dramaga, Bogor. Untuk Jakarta harga yang dibanderol berkisar Rp10.000 - Rp25.000 per buah.
Awalnya boneka yang digagas Asep dengan kelompoknya itu sebatas sarana pengenalan pertanian bagi anak-anak. Supaya menarik, media tanaman dikemas menyerupai bentuk manusia, dilengkapi benih beserta bahan-bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan (media hidroponik). Mendidik, sekaligus tampak lucu dan menarik. (*/BI)
Komentar
Posting Komentar
Just post what's on your mind