1. Langsung rebahan sehabis makan bisa jadi sapi.
Pada Jaman dulu, hal ini disampaikan agar anak-anak bersedia membantu orang tua bekerja di ladang. Sedangkan di zaman sekarang kenapa orang tua masih menyampaikan kepercayaan ini pada anak-anaknya ialah karena mereka ingin memperingati bahwa:
” Tidak sopan – sikap buruk, jika setelah makan langsung rebahan”.
2.Kalau boneka hinamatsuri tidak segera disimpan anak perempuan di rumah itu akan menjadi perawan tua.
Setiap tanggal 3 bulan Maret Jepang menyelenggarakan perayaan `Hina Matsuri` . Maksud dari perayaan ini adalah sebagai ucapan terima kasih kepada sang pencipta karena telah memberikan anak perempuan. Selain itu tujuan upacara ini adalah meminta keberkahan kesehatan untuk anak mereka yang perempuan.
Pada perayaan Hina Matsuri setiap keluarga yang memiliki anak perempuan, sejak bulan Februari harus memajang boneka `Hina` di ruangan tengah, yang terdiri dari pasangan putri dan pangeran disertai para dayang dan pengawalnya. Pajangan boneka Hina ini, harus segera disimpan atau dirapikan jika telah lewat dari tanggal 3 Maret. Apabila tidak segera dirapikan untuk disimpan, mereka percaya bahwa si anak perempuan tersebut akan telat menikah nantinya.
3. Kalau makan dengan sumpit kayu di luar rumah habis makan sumpit harus dipatahkan.
Orang Jepang akan mematahkan sumpitnya menjadi dua bagian selesai makan. Menurut adat budaya jepang, apabila sumpit tidak dipatahkan, mereka akan terserang suatu penyakit akibat makanan yang kita makan. Namun, saat ini tradisi tersebut hanya dilakukan saat kita berada di restoran. Untuk bersantap di rumah, setiap anggota keluarga menyimpan sendiri sumpit masing-masing dan sumpi itu hanya untuk pribadi dan tidak boleh menukar sumpit walaupoun sesama anggota keluarga,hal ini dilakukan karena dapat dianggap sebagai pembawa sial terhadap keluarga itu sendiri.
4. Kucing adalah binatang kesayangan para dewa.
Kucing, oleh orang Jepang, dianggap hewan yang keramat. Mereka percaya, jika seseorang membunuh kucing dengan sengaja, maka kesialan akan mengikuti sepanjang sisa hidupnya akibat kutukan dewa. “Sekalipun kamu tidak menyukai kucing, jangan sengaja membunuhnya atau resiko kutukan akan mengikuti sisa hidupmu sampai kau mati,” begitulah paham yang dianut oleh orang-orang Jepang. Saking mengagungkan kucing, konon orang Jepang tidak akan memperlakukan jenazah kucing mereka dengan sembarangan.
Sampai sekarang tradisi ini masih tetap berlaku bagi orang Jepang. Jika kucing peliharaan mereka mati, orang Jepang akan menguburkan jenazah sang kucing di pemakaman khusus hewan seperti layaknya pemakaman manusia. Mereka memasang dupa di kuburan kucingnya dan mendoakan supaya arwah sang kucing diterima di Kerajaan Dewa. Diyakini, sebagai imbal-baliknya, arwah sang kucing akan melaporkan perlakuan baik yang diterimanya selama berada di bawah asuhan majikannya kepada Dewa dan Dewa akan memberkati manusia yang menjadi majikannya tersebut.
Pada Jaman dulu, hal ini disampaikan agar anak-anak bersedia membantu orang tua bekerja di ladang. Sedangkan di zaman sekarang kenapa orang tua masih menyampaikan kepercayaan ini pada anak-anaknya ialah karena mereka ingin memperingati bahwa:
” Tidak sopan – sikap buruk, jika setelah makan langsung rebahan”.
2.Kalau boneka hinamatsuri tidak segera disimpan anak perempuan di rumah itu akan menjadi perawan tua.
Setiap tanggal 3 bulan Maret Jepang menyelenggarakan perayaan `Hina Matsuri` . Maksud dari perayaan ini adalah sebagai ucapan terima kasih kepada sang pencipta karena telah memberikan anak perempuan. Selain itu tujuan upacara ini adalah meminta keberkahan kesehatan untuk anak mereka yang perempuan.
Pada perayaan Hina Matsuri setiap keluarga yang memiliki anak perempuan, sejak bulan Februari harus memajang boneka `Hina` di ruangan tengah, yang terdiri dari pasangan putri dan pangeran disertai para dayang dan pengawalnya. Pajangan boneka Hina ini, harus segera disimpan atau dirapikan jika telah lewat dari tanggal 3 Maret. Apabila tidak segera dirapikan untuk disimpan, mereka percaya bahwa si anak perempuan tersebut akan telat menikah nantinya.
3. Kalau makan dengan sumpit kayu di luar rumah habis makan sumpit harus dipatahkan.
Orang Jepang akan mematahkan sumpitnya menjadi dua bagian selesai makan. Menurut adat budaya jepang, apabila sumpit tidak dipatahkan, mereka akan terserang suatu penyakit akibat makanan yang kita makan. Namun, saat ini tradisi tersebut hanya dilakukan saat kita berada di restoran. Untuk bersantap di rumah, setiap anggota keluarga menyimpan sendiri sumpit masing-masing dan sumpi itu hanya untuk pribadi dan tidak boleh menukar sumpit walaupoun sesama anggota keluarga,hal ini dilakukan karena dapat dianggap sebagai pembawa sial terhadap keluarga itu sendiri.
4. Kucing adalah binatang kesayangan para dewa.
Kucing, oleh orang Jepang, dianggap hewan yang keramat. Mereka percaya, jika seseorang membunuh kucing dengan sengaja, maka kesialan akan mengikuti sepanjang sisa hidupnya akibat kutukan dewa. “Sekalipun kamu tidak menyukai kucing, jangan sengaja membunuhnya atau resiko kutukan akan mengikuti sisa hidupmu sampai kau mati,” begitulah paham yang dianut oleh orang-orang Jepang. Saking mengagungkan kucing, konon orang Jepang tidak akan memperlakukan jenazah kucing mereka dengan sembarangan.
Sampai sekarang tradisi ini masih tetap berlaku bagi orang Jepang. Jika kucing peliharaan mereka mati, orang Jepang akan menguburkan jenazah sang kucing di pemakaman khusus hewan seperti layaknya pemakaman manusia. Mereka memasang dupa di kuburan kucingnya dan mendoakan supaya arwah sang kucing diterima di Kerajaan Dewa. Diyakini, sebagai imbal-baliknya, arwah sang kucing akan melaporkan perlakuan baik yang diterimanya selama berada di bawah asuhan majikannya kepada Dewa dan Dewa akan memberkati manusia yang menjadi majikannya tersebut.
Komentar
Posting Komentar
Just post what's on your mind