Empat pria merapat ke pantai Florida, tak mengenakan apapun selaian pakaian renang dan topi Jerman. Tak ada yang menyangka mereka adalah satuan yang dikirim khusus oleh Nazi. Dokumen intelijen Inggris mengungkapkan detil-detil upaya empat orang ini, pertama kalinya pada Juni 1942.
Dalam dokumen disebutkan, misi mereka adalah menggagalkan perang Amerika. Mereka dilatih membuat bom, dilengkapi dengan bahan peledak dan diberi instruksi cara membuat pengatur waktu dari bahan-bahan seperti kacang kering, gula dan pisau cukur.
Meski tim sabotase Florida cukup menarik perhatian karena menggunakan baju renang dan topi Jerman, mereka lolos dengan mudah dari pengawasan penjaga perbatasan.
Namun, pemimpin tim George John Dasch, melakukan tindakan bodoh. Ia memutuskan untuk menyerah kepada AS, dengan menelepon FBI di Washington dari Mayfair Hotel. Ia mengungkapkan rencananya untuk sabotase dan berkata ingin menyampaikan kisahnya kepada Kepala FBI saat itu, J Edgar Hoover.
Mulanya, FBI meragukan pengakuan ini. Namun, ketika Dasch mengungkapkan seluruh kisah mereka, serta menunjukkan seluruh geng sabotasenya, ia mulai percaya. Dalam hitungan bulan, tim ini disidang dan dihukum mati. Seluruhnya dieksekusi, kecuali Dasch dan seorang lagi yang menyerahkan diri. Keduanya dideportasi ke Jerman setelah perang usai.
Beruntung bagi AS, upaya tersebut gagal. Menurut sejarawan Arsip Nasional Inggris Edward Hampshire yang merilis dokumen intelijen jaman perang, upaya sabotase itu tak direncanakan dengan baik. "Pemimpin tim ini ditunjuk dengan buruk, belum apa-apa sudah ingin menyerahkan diri," ujarnya.
Detil misi bernama kode 'Pastorius' ini dilengkapi laporan dari staf intelijen Inggris (MI5) Victor Rothschild yang ditulis pada 1943. Dokumen yang awalnya dirahasiakan ini menyoroti keinginan kuat Nazi untuk sabotase, demi mencegah perang AS. Salah satunya dengan meracuni sosis untuk Amerika, "Pastorius adalah gabungan perencanaan rumit, nasib buruk dan human error," lanjutnya.
Ketika itu, delapan warga Jerman menyebar di AS, empat di Long Island dan lainnya di Jacksonville, Florida. Misi mereka membaur dan memulai kampanye sabotase terhadap pabrik-pabrik, rel dan kanal. Selain meluncurkan aksi terorisme kecil, termasuk bom tas koper ke toko-toko Yahudi.
Rencana itu berantakan, tidak lama setelah mereka meninggalkan 'kamp sabotase' di Jerman. Tim sabotase malah pergi ke Paris, Prancis dan mabuk-mabukan di bar hotel. Ketidakprofesionalisme mereka terlihat ketika mereka mengungkapkan seluruh rencana sabotase, serta membuka status mereka sebagai agen rahasia.
Laporan MI5 menyebutkan, hal tersebut merupakan salah satu kontribusi kegagalan tim sabotase. Tim yang diposkan di Long Island, diantar dengan kapal selam. Meski dihentikan, orang-orang Jerman ini tak ditahan. Menurut MI5, Coast Guard AS terlalu malas atau bodoh, sehingga kapal selam ini tak diserang. Laporan Coast Guard ke Biro Penyelidik Federal AS (FBI) juga terlalu lambat.
Bagi AS, ini sebuah keberuntungan besar. Saat Perang Dunia I, tim sabotase Jerman sukses meledakkan gudang tentara di pelabuhan New York, menewaskan beberapa orang dan melukai ratusan lainnya.
Laporan ini juga mengungkap upaya Nazi yang nyaris putus asa dan sembunyi-sembunyi untuk melawan Sekutu. Sebab, mereka sadar tak mungkin memenangkan perang itu. Satu dokumen juga menyebutkan upaya Jerman menggunakan racun sebagai senjata pascaperang.
Intelijen dari agen Nazi mengindikasikan, ada rencana untuk mengkontaminasi minuman beralkohol dengan metana dan menyuntikkan racun ke sosis. Kemudian menyiapkan racun di kopi bermerk Nescafe, gula, rokok dan coklat beracun.
Terungkap pula rencana membekali agen-agen itu dengan rokok yang membuat pusing dan memudahkan korban sebagai target pembunuhan. Saat mengeluh pusing, korban akan ditawari obat pusing, yang tak lain racun.
Dalam dokumen disebutkan, misi mereka adalah menggagalkan perang Amerika. Mereka dilatih membuat bom, dilengkapi dengan bahan peledak dan diberi instruksi cara membuat pengatur waktu dari bahan-bahan seperti kacang kering, gula dan pisau cukur.
Meski tim sabotase Florida cukup menarik perhatian karena menggunakan baju renang dan topi Jerman, mereka lolos dengan mudah dari pengawasan penjaga perbatasan.
Namun, pemimpin tim George John Dasch, melakukan tindakan bodoh. Ia memutuskan untuk menyerah kepada AS, dengan menelepon FBI di Washington dari Mayfair Hotel. Ia mengungkapkan rencananya untuk sabotase dan berkata ingin menyampaikan kisahnya kepada Kepala FBI saat itu, J Edgar Hoover.
Mulanya, FBI meragukan pengakuan ini. Namun, ketika Dasch mengungkapkan seluruh kisah mereka, serta menunjukkan seluruh geng sabotasenya, ia mulai percaya. Dalam hitungan bulan, tim ini disidang dan dihukum mati. Seluruhnya dieksekusi, kecuali Dasch dan seorang lagi yang menyerahkan diri. Keduanya dideportasi ke Jerman setelah perang usai.
Beruntung bagi AS, upaya tersebut gagal. Menurut sejarawan Arsip Nasional Inggris Edward Hampshire yang merilis dokumen intelijen jaman perang, upaya sabotase itu tak direncanakan dengan baik. "Pemimpin tim ini ditunjuk dengan buruk, belum apa-apa sudah ingin menyerahkan diri," ujarnya.
Detil misi bernama kode 'Pastorius' ini dilengkapi laporan dari staf intelijen Inggris (MI5) Victor Rothschild yang ditulis pada 1943. Dokumen yang awalnya dirahasiakan ini menyoroti keinginan kuat Nazi untuk sabotase, demi mencegah perang AS. Salah satunya dengan meracuni sosis untuk Amerika, "Pastorius adalah gabungan perencanaan rumit, nasib buruk dan human error," lanjutnya.
Ketika itu, delapan warga Jerman menyebar di AS, empat di Long Island dan lainnya di Jacksonville, Florida. Misi mereka membaur dan memulai kampanye sabotase terhadap pabrik-pabrik, rel dan kanal. Selain meluncurkan aksi terorisme kecil, termasuk bom tas koper ke toko-toko Yahudi.
Rencana itu berantakan, tidak lama setelah mereka meninggalkan 'kamp sabotase' di Jerman. Tim sabotase malah pergi ke Paris, Prancis dan mabuk-mabukan di bar hotel. Ketidakprofesionalisme mereka terlihat ketika mereka mengungkapkan seluruh rencana sabotase, serta membuka status mereka sebagai agen rahasia.
Laporan MI5 menyebutkan, hal tersebut merupakan salah satu kontribusi kegagalan tim sabotase. Tim yang diposkan di Long Island, diantar dengan kapal selam. Meski dihentikan, orang-orang Jerman ini tak ditahan. Menurut MI5, Coast Guard AS terlalu malas atau bodoh, sehingga kapal selam ini tak diserang. Laporan Coast Guard ke Biro Penyelidik Federal AS (FBI) juga terlalu lambat.
Bagi AS, ini sebuah keberuntungan besar. Saat Perang Dunia I, tim sabotase Jerman sukses meledakkan gudang tentara di pelabuhan New York, menewaskan beberapa orang dan melukai ratusan lainnya.
Laporan ini juga mengungkap upaya Nazi yang nyaris putus asa dan sembunyi-sembunyi untuk melawan Sekutu. Sebab, mereka sadar tak mungkin memenangkan perang itu. Satu dokumen juga menyebutkan upaya Jerman menggunakan racun sebagai senjata pascaperang.
Intelijen dari agen Nazi mengindikasikan, ada rencana untuk mengkontaminasi minuman beralkohol dengan metana dan menyuntikkan racun ke sosis. Kemudian menyiapkan racun di kopi bermerk Nescafe, gula, rokok dan coklat beracun.
Terungkap pula rencana membekali agen-agen itu dengan rokok yang membuat pusing dan memudahkan korban sebagai target pembunuhan. Saat mengeluh pusing, korban akan ditawari obat pusing, yang tak lain racun.
Komentar
Posting Komentar
Just post what's on your mind